Minggu, 26 Maret 2017

Petingnya Penilain Sikap



1.      Pentingnya Penilain Sikap


Secara umum mata pelajaran memiliki tiga dominan tujuan, yaitu : peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan kemampun afektif, dan peningkatan keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang ada dalam suatu mata pelajaran. Namun, selama ini penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksannaannya penilainnya adalah pada domain kognitif. Domain afektif dan psikomorotnya agak terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi soroan masyarakat akhirakhir ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang kurang memiliki sikap positif sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperbaiki. Domain kognitif, afektif atau psikomotor perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan penilain. Dengan demikian, penilain sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan hasil penilainnya perlu ditidaklanjuti.

2.      Sikap dan objek sikap yang perlu dinilai

Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat secara umum dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek sikap berikut :

a.       Sikap dalam mata pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkannya.

b.      Sikap terhadap guru mata pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan guru tersebut.

c.       Sikap terhadap proses pembelajaran, peserta didik memiliki sifat positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup : suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit peserta didik yang merasa keseca atau tidak puas dengan proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak empunyai keberanian untuk menyatakan. Akibatnya mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman.

d.      Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran ang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran.

e.       Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi suatu pokok bahasan. Misalnya, kasus atau masalah  lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus  lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri.

f.       Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum, seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi tersebut relevan juga untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

3.      Pengukur Sikap

Pengukur sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-car tersebut antara lain : observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap.

a.       Observasi perilaku

Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik  dalam pembinaan. Observasi  perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.

b.      Pertanyaan Langsung

Guru juga dapat menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap peserta didik berkaitan dengan suatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah tentang “peningkatan ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain dari peserta didik dalam member jawaban dapat dipahami sikapnya terhadap objek sikap tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.

c.       Laporan Pribadi

Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya: peserta didik diminta membuat iulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah. Keadaan, atau hal yang menjadi sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang “kerusuhan antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

d.      Skala Sikap

Ada beberapa model skala yang dikemangkan oleh para pakar untuk mengukur sikap. Dalam makalah ini akan diuraikan dua model saja, yakni Skala Diferensiasi Sematik (Semantic Differential Teachniques) dan Skala Likert (Likert Scales). Dua model ini dipilih karena mudah dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar