Petingnya Penilain Sikap
1. Pentingnya
Penilain Sikap
Secara umum mata
pelajaran memiliki tiga dominan tujuan, yaitu : peningkatan kemampuan kognitif,
peningkatan kemampun afektif, dan peningkatan keterampilan berhubungan dengan
berbagai pokok bahasan yang ada dalam suatu mata pelajaran. Namun, selama ini
penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam
pelaksannaannya penilainnya adalah pada domain kognitif. Domain afektif dan
psikomorotnya agak terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi soroan
masyarakat akhirakhir ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang
kurang memiliki sikap positif sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan kurang
terampil untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat lingkungannya. Oleh karena
itu, kondisi ini perlu diperbaiki. Domain kognitif, afektif atau psikomotor
perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan penilain.
Dengan demikian, penilain sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan
hasil penilainnya perlu ditidaklanjuti.
2. Sikap
dan objek sikap yang perlu dinilai
Penilaian sikap dalam
berbagai mata pelajaran dapat secara umum dilakukan dalam berkaitan dengan
berbagai objek sikap berikut :
a. Sikap
dalam mata pelajaran. Peserta
didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif
dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih
mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran yang diajarkannya.
b. Sikap terhadap guru
mata pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru, yang
mengajar suatu mata pelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif
terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru pengajar akan
sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan guru tersebut.
c. Sikap
terhadap proses pembelajaran, peserta didik memiliki sifat positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup :
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang
digunakan. Tidak sedikit peserta didik yang merasa keseca atau tidak puas
dengan proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak empunyai
keberanian untuk menyatakan. Akibatnya mereka terpaksa mengikuti proses
pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman.
d. Sikap
terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Peserta didik perlu memiliki
sikap positif terhadap materi pelajaran ang diajarkan, sebagai kunci
keberhasilan proses pembelajaran.
e. Sikap
berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri
peserta didik melalui materi suatu pokok bahasan. Misalnya, kasus atau masalah lingkungan
hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik juga perlu
memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap
kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan
lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap
program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki
sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri.
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi
afektif lintas kurikulum, seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi
tersebut relevan juga untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
3. Pengukur Sikap
Pengukur sikap dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Cara-car tersebut antara lain : observasi perilaku,
pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap.
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat
dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil
pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi
perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan
khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di
sekolah.
b. Pertanyaan
Langsung
Guru juga dapat
menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap peserta didik berkaitan
dengan suatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan
yang baru diberlakukan di sekolah tentang “peningkatan ketertiban”. Berdasarkan
jawaban dan reaksi lain dari peserta didik dalam member jawaban dapat dipahami
sikapnya terhadap objek sikap tersebut. Guru juga dapat menggunakan teknik ini
dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
c. Laporan
Pribadi
Penggunaan teknik ini
disekolah, misalnya: peserta didik diminta membuat iulasan yang berisi
pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah. Keadaan, atau hal yang
menjadi sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang
“kerusuhan antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan
yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan
sikap yang dimilikinya.
d. Skala
Sikap
Ada beberapa model skala yang dikemangkan oleh para
pakar untuk mengukur sikap. Dalam makalah ini akan diuraikan dua model saja,
yakni Skala Diferensiasi Sematik (Semantic
Differential Teachniques) dan Skala Likert (Likert Scales). Dua model ini dipilih karena mudah dan bermanfaat
untuk diimplementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar